25 September 2014

Merajut


3 A.M.
Seperti biasa, jam segitu bisa dibilang waktu tanggung untuk tidur. Jam biologis; tidur, sudah dua minggu terakhir ini, tidurku hanya satu atau dua jam,  bahkan bisa sampai tidak tidur, ya begadang. Lalu, jadwal makan, sarapan pagi plus makan siang dengan sereal, ah menurutku itu bukan sarapan pagi atau makan siang, belum makan nasi soalnya. Terus, jadwal belajar benar-benar terganggu, kerjain tugas kuliah aja pukul satu pagi. Untungnya, aku masih bisa bertahan saat dosen mengajar dan menjelaskan pelajaran didalam kelas.

Tahun kedua, benar-benar dikader!

Dulu aku pikir, sudah terlepas dari yang namanya pengkaderan. Memang sudah terlepas, iya, terlepas dari pengkaderan Himpunan dan embel-embelnya. Tapi kenyataannya, sekarang masih dikader oleh kehidupan tahun kedua di kampus.
Tahun kedua punya tantangan yang beda, dengan sikon yang beda, jaringan yang beda, dan yang pasti satu tingkat lebih dari tahun yang kemarin. Bisa dianologikan, kemarin aku belajar menghafal alphabet: A, B, C, dst. sekarang ditahun kedua, aku belajar merangkai alphabet menjadi kata yang utuh. Atau bisa dibilang, kemarin aku belajar mengenal tempat kuliahku: adat-adat yang ada disini, respon apa yang harus aku beri, sikap apa yang harus kutunjukan, orang seperti apa yang akan kuhadapi, ya intinya belajar bagaimana cara bertahan. Bedanya kalau tahun kedua, aku harus menunjukan diri; siapa aku, apa yang aku bisa lakukan, kecil atau besarnya akan aku lakukan, kepercayaan yang diberi, integritaslah pokoknya, survival, harus berani maju kedepan dan beri tahu orang-orang didepan, ini aku, disini, peranku seperti ini untuk KM.
Ah ya, selain itu aku juga harus urus dalamnya, perkuliahanku, lebih tepatnya mungkin nilai-nilaiku. Aku memang bukan penggila nilai A didalam setiap mata kuliah yang kuambil. Tapi, memang siapa yang tidak mau mendapat nilai A disetiap mata kuliah yang diambil? Mungkin ini pertama dan pertimbangan yang aku dahului dalam setiap pilihan. Dalam hal ini, aku bukan seorang maniak ‘belajar’ atau ‘kutu buku pelajaran’ hanya saja ini juga merupakan tujuan awal aku kuliah, dan mempertahankan apa yang aku raih dari semester-semester kemarin.

Semua memang butuh pengorbanan dan konsekuensi. Itu yang harus kamu terima.

Salah satu dosen yang selalu membuatku kagum disetiap kelas yang beliau ajar, terlepas dari apa yang beliau ajarkan, ilmu yang beliau pasti sudah segudang, kelas menjadi penuh warna; dengan cerita kuliahnya di Jerman, pengalamannya keliling dunia dari penelitian, isi seminar atau konferensi internasional, atau sekedar datang undangan sana-sini. Tak lepas juga beliau memberikan motivasi dan semangat, untuk aku –dan teman-teman 2013-- tetap di jurusan ini dan kenapa harus bertahan dengan jurusan ini.
Salah satu perkataan yang beliau bilang di Kimia Dasar I waktu itu,
“Dulu waktu saya masih belajar di Jerman, pernah diajak salah satu teman untuk pergi ke pantai. Tapi saya tolak karena tugas saya belum selesai. Saya punya prinsip, tugas saya diselesaikan terlebih dahulu, baru saya bisa main. Itu alasan saya kenapa bisa bertahan dan itu mungkin yang susah kawan-kawan lakukan.” –Bu Irmina.
Kata-kata memang sederhana, tapi mengena untukku.
Kata-kata memang sederhana, tapi susah untuk dilakukan.
Ekspektasiku untuk tahun kedua seperti ini, seperti itu. Ingin ikut kegiatan ini, ingin ikut kegiatan itu. Realita saat ini kujalani, seperti ekspektasiku. Hanya saja perlu pengorbanan dan konsekuensinya. Jam biologisku; tidur, makan, dan waktu main benar-benar harus aku pinggirkan.

Semoga apa yang aku pilih, aku ambil, dan aku lakukan tiada sia-sia. Apa yang aku perjuangan terakumulasi kesuksesan besar di masa depan.




Ruang  Baca Kimia, 26 September 2014.

10 September 2014

PINK


Pink merona ini bukan berasal dari jilbab atau khimarku.
Saat itu aku tidak memperhatikan orang-orang sekitarku. Yang ada dalam pikiranku hanya ‘bagaimana aku melakukan hal pertama kali di depan orang banyak yang notabennya pasti suka mengkritik, dan aku takut’.
Pikiran hanyalah pikiran, itu semua terjadi, dan aku masih baik-baik saja. Masalahnya adalah aku penasaran dengan yang aku lewati saat itu. Sudah aku bilang bahwa aku tidak memperhatikan orang-orang disekitarku karena terlalu deg-degan. Dan aku benar-benar melewatkan moment yang mungkin aku bisa melihat lebih lama dan lebih dekat, tapi ah… semua terlewatkan.
Kata-katanya dan katanya. Terbesit untuk mencari katanya orang. Ternyata aku terlena dalam pencarian itu yang bahkan aku mulai penasaran dan rasanya ingin tahu tapi malu. Kekanak-kanakanku kambuh!
Pink merona kali ini bukan berasal dari jilbab atau khimarku.

20 Februari 2014

Kampus Perjuangan: Demi 'Warga'?

‘Liburan panjang... Asik!!’ Kata yang susah ditemuin di kampusku.

Perjalanan yang cukup jauh dari Surabaya ke rumahku. Naik kereta saja bisa sampai 12 jam lebih. Belum lagi, ada kendala-kendala seperti pemberhentiaan tiba-tiba karena ada bagian mesin kereta yang rusak atau banjir didaerah Semarang. Tapi rasanya perjalanan jauh tak mengapa yang penting bisa berkumpul dengan keluarga. Tak hanya berkumpul dengan keluarga, tapi juga dengan teman-teman SMA dulu. Mungkin bagian ini moment yang aku dan teman-temanku paling dinanti. Awalnya aku berpikir begitu, nyatanya diluar perkiraan.

Saat pengumungan libur, aku berharap bisa libur panjang. Ternyata hanya 2 minggu saja. 3 hari diisi dengan perjalanan pulang pergi, 5 hari diisi dengan Intregated Show ITS, dan 2 hari diisi dengan ChemWeek. Bisa dibayangkan berapa hari luang yang diisi dengan keluarga dan teman? Belum lagi kendala-kendala waktuku dengan teman sekolahku yang tidak pas, akhirnya malah tidak jadi bertemu. Dan liburan semester ini hanya ada 4 hari yang diisi hanya dirumah saja.

Liburan selesai. Perjuangan dimulai lagi. Dikampusku tidak hanya berjuang agar IP tinggi, itu memang sudah lumrah kalau IP tinggi harus diperjuangkan. Ada yang lain yang harus diperjuangkan selain IP, yaitu perjuangan untuk diakui warga.

Serangkaian kegiatan dilakukan. Tidak hanyak dengan membuat acara. Tetapi harus aktif di UKM, Himpunan, BEM Fakultas, maupun BEM Institut. Aku bersaing dengan teman-teman sekampusku untuk mendapatkan posisi. Itu tidak mudah. Dalam sebuah ajang terdapat beberapa persyaratan yang harus dipenuhi, seperti sebelum daftar harus membuat CV yang semenarik mungkin, Essai, Karya Tulis, Konsep Usaha, dan selanjutnya Screening. Persaingan yang sangat ketat. Sehingga membuatku harus tidur lebih malam dan bangun lebih awal untuk menyeimbangakn tugas kuliah dan tugas diluar kuliah.

Merenung sejenak. Untuk apa aku capek-capek ikut inilah, itulah, sampai aku tidak punya hari libur karena sabtu dan minggu diisi dengan kumpul panitialah, ada pelatihanlah, kegiatanlah. Untuk apa? Saat aku harus tidur pukul 2 malam dan bangun 4 malam demi mengerjakan tugas kuliah dan jobdesk kegiatan. Demi pengakuan warga? Supaya bisa diangkat? Tidak! Aku melakukan itu semua, sampai aku lelah dan berat badanku turun drastis karena capek raga dan otak bukan demi pengakuan warga. Bukan!

Aku lakukan semua, untuk kebaikanku dan untuk masa depanku. Karena menurutku, kesuksekkan tidak hanya dilihat dengan IP tinggi. Mungkin iya, saat pertama kali melamar pekerjaan. Tapi percayalah, bahwa kegiatan diluar kelas lebih membentuk karakter dan mental untuk lebih percaya diri dan dewasa. Bahkan sangat mengesankan saat bisa kenal dengan teman-teman jurusan lain, kakak kelas yang berpengalaman dengan prestasinya yang segudang, orang-orang yang sangat hebat dan luar biasa. Itu semua membuatku termotivasi
.
Semua yang kulakukan bukan karena untuk pengakuan warga. Pengakuan warga hanya hadiah dari mereka untuk aku karena aku sudah mau aktif dan berkontribusi.

16 Februari 2014

Sketch Book

Untuk kesekian kalinya, aku selalu sendiri disini, di kamar asramaku. Sepinya kali ini benar-benar sepi. Duduk di tempat belajar dan memandangi buku yang aku baca. Kali ini tidak hanya merasa sepi, tapi aku benar-benar tidak enak hati untuk mengerjakan apa-apa. Aku pilih buku yang lain, salah satu buku favoriteku, sketch bookku.
Random playlist lagu yang aku putar, suasana yang sunyi dengan hati yang 'campur aduk', dan air mata yang tiba-tiba mengalir saat aku pandangi sketch bookku yang isinya aku buat dan aku design sendiri. Entah mungkin mimpiku yang terlalu jauh, aku benar-benar ingin menangis saat itu.
Halaman perhalaman aku buka. Ya, itu gambarku pertama yang menandakan awal ceritaku. Halaman kedua yang aku gambar dan halaman selanjutnya aku isi dengan bunga yang sudah kering, aku rangkai di sketch bookku. Aku berniat membuat sketch bookku sebagai buku perjalananku dari awal november sampai seterusnya. Tapi, hari ini aku akhiri. 
Aku tidak tahu bagaimana akhir dari sketch bookku. Yang pasti yang aku tahu itu adalah buku favoriteku yang akan aku buku setiap hari. Walaupun sakit dan hanya membuatku menangis. Buku itu tetap akan aku jaga, sampai akhirnya aku bisa melanjutkannya lagi, dengannya.
Aku jaga rapi-rapi. Sampai terusang dan berdebu, tak apa. Aku tunggu untuk melanjutkannya lagi.



Siti Aminah.

Kampus Perjuangan: MABA, Mahasiswa Paling Sibuk!

Enggak kerasa gue udah lalui 1 semester. Rintangan yang melelahkan mungkin satu tahap sudah terselesaikan, tapi yang super duper melelahkan ada didepan mata.
Mahasiswa Baru yang dikenal MABA, tanpa gue deskripsikan kalian udah tau apa itu MABA. Mahasiswa yang super sibuk dengan serangkaian acaranya, acara yang dibuat Himpunan, BEM Fakultas, maupun BEM Institut, dan acara-acara tak terduga lainnya. Mungkin di kampus orang, yang namanya ospek cuman beberapa minggu dan beberapa tugas. Tapi enggak buat kampus gue.
Awal jadi MABA, disibukkan dengan kegiatan padat yang satu minggu full gue dan teman-teman gue pulang-pergi ke kampus. Enggak cuman satu minggu full, kita kumpul jam 6 pagi dan selesai sampai jam 7 malam. Setelah itu, ada tugas tambahan yang sampai gue dan teman-teman gue selalu tidur jam 2 malam.
Belum lagi, serangkaian tugas praktikum yang bener-bener berat dan tugas-tugas dari dosen. Itu semua yang membuat gue dan temen-temen selalu tidur selalu diatas jam 2 malam. Tanpa gue dramatisir, ini emang kenyataan, gue dan temen-temen pernah tidur cuman 1 jam, dari jam 3 pagi sampai jam 4 pagi.
Tapi dibalik itu semua, ada manfaat yang bisa gue ambil. Gue bisa lebih dekat dengan teman jurusan gue, lebih banyak kenalan jurusan lain, bisa bertemu dengan orang yang luar biasa hebatnya, mendapatkan informasi dan pengetahuan yang lebih, bisa memanage waktu dan memanage diri lebih baik lagi.

9 Januari 2014

Kampus Perjuangan; Awal Perantauan.

Oke, setelah sekian lama gue enggak buat postingan di blog gue ini sampai blog gue udah usang dan berdebu bahkan ada sarang laba-labanya. -_____-
Aaaaaaa, akhirnya bisa bikin postingan! Hahahahahaha...
Kali ini gue akan menceritakan pengalaman gue di Surabaya. Pertama kalinya gue merantau dan itu sangat jauuuuuhhhhh banget! Surabaya, hampir ujungnya pulau jawa men (bisa dibilang bukan hampir ujung, tapi emang ujung-_-). Surabaya juga Kota Metropolitan kedua setelah Jakarta, dan menurut gue Surabaya itu Kota Terbersih dan Teratur (Sebenernya menurut survei juga gitu, mungkin kalian bisa search aja di Mbah. Heheh), pokoknya penataan kota terapih deh. Bahkan macet aja enggak ada disini. Cuman yang disayangkan adalah.......panasnya masmbakbroh! *Alah, ini lebay* Tapi beneran puanas banget, bisa sampai 39 derajat celcius. Contoh nih yaa; nyuci celana jeans, terus dijemur, 2 jam langsung kering!! Tapi yaaa mau gimana lagi, emang udah iklimnya kaya gini. *melas*
Lanjut... Setelah gue ke Surabaya tak lain hanya untuk menuntut ilmu dan masa depan. Kenapa kok jauh banget? :/ Ya kalau kata Imam Syafi'i sih gini...
Orang berilmu dan beradab tidak akan diam di kampung halaman. Tinggalkan negerimu dan merantaulah ke negeri orang. Merantaulah, kau akan dapatkan pengganti dari kerabat dan kawan. Berlelah-lelahlah, manisnya hidup terasa setelah lelah berjuang. Aku melihat air menjadi rusak karena diam tertahan. Jika mengalir menjadi jernih, jika tidak, kan keruh menggenang. Singa jika tak tinggalkan sarang tak akan dapat mangsa. Anak panah jika tidak tinggalkan busur tak akan kena sasaran. Jika matahari di orbitnya tidak bergerak dan terus dia, tentu manusia bosan padanya dan enggan memandang. Bijih emas bagaikan tanah biasa sebelum digali dari tambang. Kayu gaharu tak ubahnya seperti kayu biasa jika didalam hutan.
Setelah baca ini, gue langsung tertegun dan mengikhlaskan perjalanan gue ke Surabaya. :"")

Awal gue tinggal di Surabaya, tanpa orang tua, jauh dari orang tua, yang 18 tahun hanya tinggal di Bekasi, tau-tau tinggal sendiri di Surabaya. Buat gue, itu awal yang sangat berat. Tiap malem nangis terus. Pingin pulang, tapi jauh banget udah gitu ongkirnya mahal. Tapi dibalik itu semua, malah yang membuat gue semangat belajar. Pokoknya harus rajin belajar, biar cepet bisa mengerti pelajaran, biar bisa dan sukses kuis dan ujiannya, dan setelah itu biar bisa cepet liburan dan pulang ke rumah..... Hahaha. :"D *Beneran, ini alasan kuat kenapa gue harus belajar serius. Yaa karena biar cepet pulang*
Awalnya emang enggak betah disini, tapi lama-lama dengan seiiringnya waktu, gue mulai terbiasa disini. Dengan orang-orang yang rata-rata hampir jawa semua (sampai logatnya juga), dengan keadaan disini, makanan disini, gaya hidup disini, dan yang pasti dengan iklim dan cuaca disini.
Merantau pertama kali dan itu sangat jauh emang kerasa berat, tapi yaa mau gimana lagi. Tuhan menempatkan gue disini pasti demi kebaikan gue juga.
Intinya (kalau kalian merantau pertama kali ini, kaya gue) harus berpikir, jangan berharap sekitar kalian beradaptasi dengan kalian. Tapi kalianlah yang harus beradaptasi dengan sekitar kalian.
Copyright @ LOVERA | Floral Day theme designed by LOVERA | Bloggerized by LOVERA