31 Januari 2013

Objektif atau Subjektif?

Sering kita mendengar kata 'Objektif' maupun kata 'Subjektif' di tengah masyarakat. Kata yang melekat dan erat dengan kehidupan kita, terutama dalam sosialisasi.
Menurut KBI alias Kamus Besar Indonesia;

ob.jek.tif
[a] mengenai keadaan yg sebenarnya tanpa dipengaruhi pendapat atau pandangan pribadi


sedangkan,

sub.jek.tif
[a] mengenai atau menurut pandangan (perasaan) sendiri, tidak langsung mengenai pokok atau halnya: segala sesuatu hendaklah dibahas secara objektif, jangan secara ---

[Referensi: Kamus Besar Indonesia]


Mungkin, kalimat yang lebih mudah itu seperti ini; orang yang subjektif, memandang orang dengan apa yang ia miliki. Bisa karena, ia adalah anak penjabat, ia orang yang berada, ia yang selalu mentraktir di kantin, atau ia yang ganteng atau cantik.
Sedangkan orang yang objektif; orang tersebut didasarkan pada ukuran-ukuran atau parameter yang telah ditetapkan. Parameter itu ditetapkan bukan karena "Apa yang ia miliki?" tapi "Apa yang dia hasilkan?"

Lalu, Anda termasuk orang yang seperti apa? Objektif atau subjektif? :))


23 Januari 2013

Kapan lagi?

Kapan lagi kalian bisa seperti ini...
Bisa nonton bareng di dalam kelas, pake proyektor.
Bisa nonton anak cowo main volly atau futsal saat tidak ada guru.
Bisa main hujan-hujanan depan kelas.
Bisa mengobrol hal apapun.
Bisa tiduran depan kelas.
Bisa upacara bendera setiap hari senin.
Bisa ngerasain yang namanya class meeting.
dan yang pasti,
kapan lagi bisa pakai seragam putih abu-abu kalau bukan sekarang? :)

19 Januari 2013

Hidup, Ujian, Cinta, Sabar, Redho dan Syukur

HIDUP ini adalah suatu perjalanan. Penuh Arti, penuh ranjau, penuh duri... Namun bukan sakit tertusuk duri itu yang penting tetapi nikmatnya apabila duri itu tercabut dari daging. Bagaimana ia dikeluarkan juga betapa ianya penting. Sakit, meraung... tetapi jangan berhenti mengeluarkannya. Kelak menjadi bisa yang tidak terawat. Dan setelah itu bersyukurlah dengan segala kehendakNya. Sakit tertusuk duri itu mungkin sahaja penyucian kifarah yang dilakukan. Mungkin juga mehnah dari Yang Esa untuk mendidik hati bertabah serta mensyukuri setiap kejadian tanpa keluhan.

UJIAN... Jika ujian di bangku sekolah dapat jua dihafal formula-formula untuk melaluinya. Namun yang bernama ujian hidup adalah yang datang tanpa salam, tanpa diundang. Datangnya dengan kehendak Ilahi yang mahukan manusia memaknakan kehidupan dengan menggunakan akal berbataskan keimanan. Demikianlah didikan Allah. Memanusiakan seorang manusia!

CINTA... Manusia dihidupkan atas cinta. Cinta itu meluas. Cinta kepada Allah, kepada Rasul, kepada ibu bapa, kepada suami, kepada isteri, kepada sahabat. Malangnya cinta yang pernah dijumpai telah disempitkan dan tersepit oleh kurangnya faqih akan hakikat cinta. Cinta itu setia, jujur, kasih sayang, rindu, doa kebahagiaan. Benihlah cinta yang meniti atas dasar iman. Akan redhalah Allah pada cinta itu. Namun sayang seribu kali sayang, cinta itu tercalar keluhurannya. Terselit pengkhianatan, ketidakjujuran... dan akhirnya perpisahan... Yang meninggalkan mencari pengganti. Segala janji terlupus begitu sahaja. Ingatlah bahawa roda kehidupan ini sentiasa berputar. Hari ini kita mengkhianati. Esok mungkin kita dikhianati. Hari ini kita mencipta luka di hati yang lain, mungkin esok hati kita pula yang terluka.

SABAR... Bukan mudah untuk memahami Arti sabar apatah lagi untuk melakukannya. Saat derita menjengah rasa, seakan kita sahajalah yang derita. Kita sahajalah yang terluka. Duka itu milik kita. Sedih itu juga milik kita, sehingga kita terlupa untuk mensyukuri nikmat Allah yg lainnya. Nikmat Allah yang begitu melimpah ruah jarang disyukuri tetapi bila didatangkan ujian, melaralah sekeping hati. Itu sahaja yang diingat-ingatkan. Demikianlah resam insani.


REDHO... Tidak diuji hambaNya dengan ujian yang tidak mampu ditanggung. Rebah, jatuh dan terduduk, semuanya mengajar kita untuk bangkit kembali. Sedang walangnya hati tertanya bagaimana untuk bangun?? Ya... hanya kekuatan sahaja yang mampu menarik... Maka yang bangun itu bukanlah diri yang lemah. Yang bangun itu adalah jiwa yang kuat. Redha itu adalah menerima dengan lapang dada biarpun tangisan menitis tanpa hentinya namun bertahanlah. Tangisan itu tidak apa-apa malahan menunjukkan kita hanyalah hambaNya yang lemah. Serahkan segala urusan pada Dia.

SYUKUR... Alhamdulillah segala pujian hanya selayaknya untuk Allah. Hari semalam yang berlalu, biarkanlah. hari ini yang dilalui, nikmatilah. Hari esok bakal tiba, bersedialah. Allah sentiasa memberi yang terbaik untuk hambaNya, maka kita sebagai hambaNya berkejaran lah mencari yang terbaik itu dengan segala usaha dan bermacam cara yang diredhaiNya. "Fastabiqul khairat" pesanNya. Jika berlari itu kemudiannya jatuh maka bangkitlah kembali. Tidak mengapa jika tidak ada tangan yang menghulur bantuan kerana ada 'tangan' yang lebih membahagiakan. Letaklah kebergantungan kepada Allah SWT. Semoga hidup sentiasa diberkati dan dibimbing untuk mencari wangian Jannah.

Semoga Memroleh kebahagian dalam mencari warna cinta Ilahi.



[sumber: facebook]
Copyright @ LOVERA | Floral Day theme designed by LOVERA | Bloggerized by LOVERA