28 Oktober 2013

Karena mereka.

Karena mereka aku seperti ini dan berada disini. Karena pengalaman yang membuatku lebih dewasa. Terima Kasih banyak, kalian paling aku rindukan. :")

Opening GRESANG

Apel Penutupan

Narsis pas evaluasi

Keluarga Dewi Rengganis 35 Tercinta

Makan barengan anak Pramuka

Sepiring berbanyakan
Apel Pembukaan

Latihan pramuka SD

Keluarga Besar DUDR 35 Tercinta
Akhwat RISMACI lagi action

Panitianya narsis bentar
OSIS 2011-2012

Panitia Pelepasan Angkatan 34
Jalan-jalan kota tua
Panitianya narsis bentar


Sie.Konsumsi Dies Natalis

Bazaar Dies Natalis
Kontingen Jawa Barat untuk FOR 4

Perwakilan dari Sekolah untuk FOR 4

Forum Pelajar Indonesia 4 di MPR RI
Prepare foto

D'ranch Lembang

Surat Lamaran Pekerjaan :D

Praktik tari bebas
Tari Saman

PEF UNPAD

Deutsch feur Anfaenger

For Year Book

I love this pict!

Foto bareng wali kelas

Bukber terakhir di SMA. :")

Untuk mendapatkan yang terbaik.

Sejenak ingat cerita-cerita SMA. Em, lebih tepatnya kangen dengan topik-topik yang aku dan mereka (sahabatku) bangun. Mungkin, bagi anak SMA umumnya, lebih suka "Enjoy aja, kan masih SMA... Kayak gituan mah masih lama kali". Tapi itu enggak berlaku untuk kita (Aku, Muti, Ebat, dan Mia).

Kita terbiasa duduk di pendopo depan kelas kalau tidak ada guru. Belajar, belajar, dan curhat. Sambil melihat aktivitas siswa-siswi SMA. Ada yang bemain volly dan bola, ada juga yang berlalu-lalang, dan ada juga yang modus-modusan. Tapi biasanya kalau di pendopo, kita lebih sering curhat tentang masa depan; cita-cita, mau jadi apa, dan mau dapat seperti apa.

Teringat itu semua, topik yang kita bawa dari tentang pacaran, cowok dan cewek, bahkan lebih sering tentang keluarga masa depan; suami idaman, menjadi istri yang baik, dan ibu yang baik. Itu semua membuatku kembali dengan tekad dan pendirian yang hampir runtuh karena perasaan.

Aku ambil dari salah satu topik pembicaraan tentang keluarga masa depan. Seperti lelaki idaman. *Ah, mungkin ini terlalu berat topiknya untuk kita yang berumur 18 tahun. Tapi topik ini sangat menyenangkan dan sangat membangun pikiran kita*. Lelaki idaman untuk masa depan itu bukan karena harta atau fisiknya tapi karena shaleh, rajin dan pekerja keras. Karena orang rajin dan pekerja keras, pasti rejeki akan mengikutinya. Dan karena orang shaleh, pasti memilik aura dan kharisma yang luar biasa. Terus, kita bisa nggak dapat suami idaman masa depan seperi itu? Bisa. Dengan cara kita harus menjadi minimal seperti itu. Karena wanita baik untuk laki-laki baik.

Pernah juga kita membicaran, untuk apa kita (perempuan) harus sekolah tinggi sampai perkuliahan? Toh endingnya kan pasti ngurus keluarga; rumah, dapur, anak-anak, dan suami. Jawabannya cuman satu, untuk mendapatkan pasangan yang sepadam. Percaya atau enggak, tujuan perempuan harus bersekolah tinggi untuk mendapatkan pasangan yang sepadam (berpendidikan setara) dan juga karena wanita akan menjadi ibu. Quote yang aku suka dari Dian Sastro tentang wanita, "Entah akan berkarir atau menjadi ibu rumah tangga, seorang wanita wajib berpendidikan tinggi karena ia akan menjadi ibu. Ibu-ibu yang cerdas akan menghasilkan ana-anak yang cerdas."
Kita juga suka membicaran kodrat seorang wanita. Sehebat-hebatnya wanita ditempat kerjanya, sehebat-hebatnya wanita dengan jabatannya di kantor, dia akan kembali ke dapur dan mengurus keluarganya; anak dan suaminya.

Sebelum mengakhiri postinganku kali ini, ada satu ayat yang menarik perhatianku.
"Wanita-wanita yang keji adlah untuk laki-laki yang keji dan laki-laki yang keji adalah untuk wanita-wanita yang keji (pula) dan wanita-wanita yang baik adalah untuk laki-laki yang baik dan laki-laki yang baik untuk wanita-wanita yang baik (pula)" An-Nur;26.
Karena jika kamu ingin mendapatkan jodoh yang baik, maka perbaikilah diri. Jadilah laki-laki yang shaleh, jadilah wanita yang shalehah. Aamiin.. :)

23 Oktober 2013

Kasih sayang mereka

Hari ini, ada waktu lenggang untuk sarapan pagi buat anak ITS. Ya, sedikit refresh otak dari Jurnal, TP, dan Lapres yang buat kita-kita lupa ‘weekend itu apa?’. Enggak sengaja ketemu anak-anak jurusanku yang dari luar Surabaya alias perantauan dan cerita-cerita sewaktu kita pulang waktu idul adha kemarin.

-Keluarga-
Mungkin bagiku, keluarga adalah motivasiku belajar disini. Kalau lagi males pasti bilang ‘Ayooo belajar, kerjain tugas. Bentar lagi libur terus pulang ketemu kelurga.’ Itu salah satu motivasi paling tinggi buat belajar dan ngerjain tugas, dan terbukti dari awal masuk kuliah sampai sekarang tidur paling cepet jam 1 pagi dan harus bangun jam 4 pagi.

-Liburan Idul Adha-
Denger cerita anak-anak yang pulang kampung dan ketemu sama keluarganya buat terharu sendiri. Cerita Hardy pas dia sampai di Jakarta, orangtua dan keluarganya langsung nangis dan bilang ‘Duh anakku yang paling ganteng...’ atau pas dia mau ke bandara, ayahnya bela-belain enggak ke WC cuman mau nungguin anaknya supaya naik pesawat dengan selamat. Cerita lain dari Nabil dan Ova juga, orangtua mereka langsung meluk mereka semua.
Kerasa banget, kalau jauh dari keluarga terutama orangtua kita. Ketemu langsung peluk dan nangis. Ditunggu sama nenek, dan keluarga besar dirumah. Pas ketemu, langsung salam dan dipeluk terus nanya kabar dan nanya-nanya tentang gimana di Surabaya. Nangis, terharu.. Setelah lama enggak ketemu, dan sekarang ketemu mereka. Rasanya........ Enggak mau ke Surabaya lagi, mau disini aja. :”)

-Bedanya Mamah dan Apa-
Waktu pas aku pulang, Mamah-Apa-Rahma adalah orang paling aku kangenin. Dari awal, niatanku emang pas liburan enggak mau kemana-mana, maunya dirumah aja. Kalau mau pergi atau jalan-jalan, asal bareng mamah-apa-rahma aja baru mau.
Ketemu. Mamah langsung meluk dan senyum terus bilang ‘Teteh makin cantik....’ Entah cuman menghibur atau enggak, yang aku pikir waktu itu cuman aku bahagia banget bisa lihat mamah, senyum mamah.
Apa, apa enggak nangis. Cuman senyum dan bilang ‘Disana udah punya pacar yaa? Jangan pacaran, kalau pacaran nikah aja.’ Kata-kata yang selalu apaku bilang. Apa itu perhatiannya beda sama mamah. Mamah mungkin paling bisa ungkapin perasaan, tapi kalau apa enggak bisa ngungkapin perasaannya langsung. Tapi dibalik dengan kata-katannya dan sikap-sikapnya yang tegas ke anak-anaknya, itu bukti kalau apa sayang banget. Bahkan waktu di Surabaya, apa orang yang selalu telphone aku tiap hari dan khusus di malam minggu pasti nanya ‘Teteh di kamarkan? Jangan pergi-pergi kalau udah malem ya. Dikamar aja ngerjain tugas.’ :”)


Dan saat aku sampai rumah... Tiada henti-hentinya aku ucapkan terima kasih pada-Mu. Terima Kasih Yaa Allah, aku masih bisa bertemu dengan mereka; mamahku, apaku, dede rahma. Masih bisa lihat senyum mereka, masih bisa merasakan kasih sayang mereka, masih bisa mencium tangan mereka. Selalu berikan kesehatan untuk mereka, Yaa Allah. Aku belum bisa membuat mereka bangga. Ijinkan aku untuk membalas semua kasih sayang dan pengorbanan mereka Yaa Allah. Aamiin.. :””)


16 September 2013

Angin~

Hussshhhhh~~~
Hembusan angin sepoi kali ini sangat aneh.

Sangat kencang!!
Buat aku sendiri terjebak dalam kesejukannya.
Membuatku nyaman sendiri.
Ya, sendiri.

Kadang hembusan angin itu pelan..
Bahkan sampai aku tidak merasakannya, tak merasakan keberadaanya.

Hah, sungguh hebat!
Hembusan angin itu membawaku terbang tinggi.
Melayang bebas....
Membuatku lupa siapa aku dan untuk apa aku berada disini.

Hah, sangat hebat!
Hembusan angin itu melepaskanku kebawah.
Terjun bebas....
Membawaku ke titik terbawah.
Merasakan jatuh, merasakan kesendirian.

24 Juni 2013

Celotehan: Jadi Orang Gede Menyenangkan Tapi Susah Dijalani.

Akhir-akhir ini muncul 2 versi iklan yang buat gue ketawa sendiri dengerin celotehan anak kecil di iklan itu. Entah celotehan anak kecil itu nyindir atau enggak, tetep gue suka sama kata-katanya. XD



Versi Cowok.
Kalau aku udah gede, aku pengen kerja di Multinasional Company.
Aku bekerja di gedung tinggi, ngomong English setiap hari.
Rambut klimis, sepatu mengkilat kayak orang penting.
Tapi ngerjain pekerjaan yang kurang penting.
Jadi tukang fotocopy, bawain laptop, beres-beres kertas.
Enggak masalah kerja 15 jam sehari, tidur cuma 5 jam sehari.
Masalahnya, gaji cuma tahan sampai tanggal 15.
Untung di warteg bisa makan dulu bayar belakangan.
Tapi sayang enggak berlaku untuk beli pulsa.
JADI ORANG GEDE MENYENANGKAN TAPI SUSAH DIJALANI.

Versi Cewek.
Kalau aku udah gede, aku mau jadi Eksmud, mau jadi bos.
Hari-hari ngomong campur bahasa inggris.
Tiap jumat, pulang kantor nongkrong bareng sesama eksmud.
Ngomogin proyek besar biar keliatan sukses.
Suara agak digede-in biar kedengeran cewek di meja sebelah.
Kalau weekend sarapan di cafe sambil sibuk laptop-an.
Pesen kopi secangkir harga 40ribuan.
Minumnya pelan-pelan biar tahan sampai siang, demi WiFi gratis.
Kalau tanggal tua, pagi-siang-malem makannnya mi instan.
Kalau mau nelphone bisanya cuman miscall.
JADI ORANG GEDE MENYENANGKAN TAPI SUSAH DIJALANI.

**

26 Maret 2013

Ranah 3 Warna: Man Shabara Zhafira

Kutipan Novel yang benar-benar memotivasi diri. The best quote ever! :)
"Hidupku selama ini membuat aku insaf untuk menjinakkan badai hidup, "mantra" Man Jadda Wajad saja ternyata tidak cukup sakti. Antara sungguh-sungguh dan sukses itu tidak selalu bersebelahan, tapi ada jarak. Jarak ini bisa hanya satu sentimeter, tapi bisa juga ribuan kilometer. Jarak ini bisa ditempuh dalam hitungan detik, tapi bisa juga puluhan tahun. Jarak antara sungguh-sungguh dan sukses hanya bisa diisi dengan sabar. Sabar yang aktif, sabar yang gigih, sabar yang tidak menyerah, sabar yang penuh dari pangkal sampai ujung paling ujung. Sabar yang tidak membuat sesuatu yang tidak mungkin menjadi mungkin, bahkan seakan-akan itu sebuah keajaiban dan keburuntungan. Padahal keberuntungan adalah hasil kerja keras, doa, dan sabar yang berlebih-lebih. Bagaimanapun tingginya impian, dia tetap wajib dibela habis-habisan. Walau hidup sudah digelung oleh nestapa akut. Hanya dengan sungguh-sungguhlah jalan sukses terbuka. Tapi hanya dengan bersabarlah takdir itu terkuak menjadi nyata. Itulah hadiah Tuhan buat hati yang kukuh dan sabar. Sabar itu memang awalnya terasa pahit, tetapi akhirnya lebih manis daripada madu. Man Shabara Zhafira.." - Ranah 3 Warna, Novel by A Fuadi.

3 Maret 2013

Minggu, 3 Maret 2013.
Awalnya hari ini itu ngegantung, antara jadi atau enggak, antara datang atau enggak, pokoknya intinya gantung. Ngegantung karena galau, galau karena besok mau UAS.
Awalnya juga, mau menginap di Asrama Putri ITB bareng Aul, tapi tiba-tiba Apa malah enggak ngijinin. Oke, ganti Plan B, berangkat naik bus jam 5 bareng Deppy.
Hari ini, dengan modal nekad, ke Bandung dari jam 5 dengan berharap sampai sana jam 7 tepat. Tapi ternyata, sampai sana jam 7.30.
Banyak teman baru disana, bahkan pesertanyapun enggak cuman dari daerah Jawa Barat saja, tapi ada dari pulau Jawa dan luar Jawa.
Dalam perjalanan kesana, tak ada harapan lain selain dan hanya "Bisa menjadi Mahasiswi ITB 2013".

Banyak hal yang bisa saya ambil dari hari ini dan semoga bisa menjadi motivasi untuk saya dan teman-teman.

"Setiap warga Negara Indonesia berhak untuk memajukan dirinya dalam memperjuangkan haknya secara kolektif untuk membangun masyarakat, bangsa, dan Negaranya. Kaidah ini tertera dalam UUD 1945 yang secara denitif memberikan kebebasan kepada setiap individu untuk melakukan rekayasa sosial kehidupan individunya maupun lingkungan sosial sekitarnya.
Sebagaimana yang sering dikatakan oleh Anies Baswedan bahwa satu-satunya alat untuk melakukan rekayasa sosial (social engineering) adalah dengan pendidikan. Pendidikan dapat merubah taraf hidup seseorang from zero to hero, kemudian dia akan berpengaruh kepada lingkungan terdekat, masyarakat sekitar dan akhirnya akan berpengaruh terhadap masyarakat umum di negara ini. Tentang bagaimana seseorang memenuhi kebutuhan ekonomi dirinya dan keluarganya, bagaimana seseorang memiliki visi sosial, bagaimana seseorang berperilaku, itu semua akan dipecahkan oleh kaum-kaum terdidik yang mengeyam pendidikan" Sambutan Presiden KM ITB.

dan kata-kata yang membuat saya termotivasi adalah
"Orang yang masuk ITB itu bukan hanya orang pintar saja, tapi yang pasti orang yang mau berusaha 2x lipat lebih keras dari orang lain".
Tak ada yang ingin saya sampaikan dari hari ini, kecuali, luar biasa. :)

Salam,
Siti Aminah.

2 Februari 2013

Yakinlah, sekecil apapun usaha kita, akan dihargai Tuhan...
Ya Allah,
Aku tau, Kau masih menyanyangiku dengan memberikanku masalah.
Agar Engkau memberi tahuku,
bahwa hidup itu tidak mudah,
hidup itu keras,
hidup itu perlu bersyukur,
dan hidup itu penuh kesabaran.

Ya Allah,
Aku juga tau, Kau takkan memberikan masalah melebihi batas kemampuanku.
Hanya saja, mungkin diriku yang selalu lari.

Kadang memang sakit.
Tapi aku yakin, sakit ini takkan menjauhkanku dariMu.
Melainkan akan selalu mendekatkanku padaMu.

Semoga Allah memudahkan dan memberikan jalan yang terbaik untukku, Amin.

31 Januari 2013

Objektif atau Subjektif?

Sering kita mendengar kata 'Objektif' maupun kata 'Subjektif' di tengah masyarakat. Kata yang melekat dan erat dengan kehidupan kita, terutama dalam sosialisasi.
Menurut KBI alias Kamus Besar Indonesia;

ob.jek.tif
[a] mengenai keadaan yg sebenarnya tanpa dipengaruhi pendapat atau pandangan pribadi


sedangkan,

sub.jek.tif
[a] mengenai atau menurut pandangan (perasaan) sendiri, tidak langsung mengenai pokok atau halnya: segala sesuatu hendaklah dibahas secara objektif, jangan secara ---

[Referensi: Kamus Besar Indonesia]


Mungkin, kalimat yang lebih mudah itu seperti ini; orang yang subjektif, memandang orang dengan apa yang ia miliki. Bisa karena, ia adalah anak penjabat, ia orang yang berada, ia yang selalu mentraktir di kantin, atau ia yang ganteng atau cantik.
Sedangkan orang yang objektif; orang tersebut didasarkan pada ukuran-ukuran atau parameter yang telah ditetapkan. Parameter itu ditetapkan bukan karena "Apa yang ia miliki?" tapi "Apa yang dia hasilkan?"

Lalu, Anda termasuk orang yang seperti apa? Objektif atau subjektif? :))


23 Januari 2013

Kapan lagi?

Kapan lagi kalian bisa seperti ini...
Bisa nonton bareng di dalam kelas, pake proyektor.
Bisa nonton anak cowo main volly atau futsal saat tidak ada guru.
Bisa main hujan-hujanan depan kelas.
Bisa mengobrol hal apapun.
Bisa tiduran depan kelas.
Bisa upacara bendera setiap hari senin.
Bisa ngerasain yang namanya class meeting.
dan yang pasti,
kapan lagi bisa pakai seragam putih abu-abu kalau bukan sekarang? :)

19 Januari 2013

Hidup, Ujian, Cinta, Sabar, Redho dan Syukur

HIDUP ini adalah suatu perjalanan. Penuh Arti, penuh ranjau, penuh duri... Namun bukan sakit tertusuk duri itu yang penting tetapi nikmatnya apabila duri itu tercabut dari daging. Bagaimana ia dikeluarkan juga betapa ianya penting. Sakit, meraung... tetapi jangan berhenti mengeluarkannya. Kelak menjadi bisa yang tidak terawat. Dan setelah itu bersyukurlah dengan segala kehendakNya. Sakit tertusuk duri itu mungkin sahaja penyucian kifarah yang dilakukan. Mungkin juga mehnah dari Yang Esa untuk mendidik hati bertabah serta mensyukuri setiap kejadian tanpa keluhan.

UJIAN... Jika ujian di bangku sekolah dapat jua dihafal formula-formula untuk melaluinya. Namun yang bernama ujian hidup adalah yang datang tanpa salam, tanpa diundang. Datangnya dengan kehendak Ilahi yang mahukan manusia memaknakan kehidupan dengan menggunakan akal berbataskan keimanan. Demikianlah didikan Allah. Memanusiakan seorang manusia!

CINTA... Manusia dihidupkan atas cinta. Cinta itu meluas. Cinta kepada Allah, kepada Rasul, kepada ibu bapa, kepada suami, kepada isteri, kepada sahabat. Malangnya cinta yang pernah dijumpai telah disempitkan dan tersepit oleh kurangnya faqih akan hakikat cinta. Cinta itu setia, jujur, kasih sayang, rindu, doa kebahagiaan. Benihlah cinta yang meniti atas dasar iman. Akan redhalah Allah pada cinta itu. Namun sayang seribu kali sayang, cinta itu tercalar keluhurannya. Terselit pengkhianatan, ketidakjujuran... dan akhirnya perpisahan... Yang meninggalkan mencari pengganti. Segala janji terlupus begitu sahaja. Ingatlah bahawa roda kehidupan ini sentiasa berputar. Hari ini kita mengkhianati. Esok mungkin kita dikhianati. Hari ini kita mencipta luka di hati yang lain, mungkin esok hati kita pula yang terluka.

SABAR... Bukan mudah untuk memahami Arti sabar apatah lagi untuk melakukannya. Saat derita menjengah rasa, seakan kita sahajalah yang derita. Kita sahajalah yang terluka. Duka itu milik kita. Sedih itu juga milik kita, sehingga kita terlupa untuk mensyukuri nikmat Allah yg lainnya. Nikmat Allah yang begitu melimpah ruah jarang disyukuri tetapi bila didatangkan ujian, melaralah sekeping hati. Itu sahaja yang diingat-ingatkan. Demikianlah resam insani.


REDHO... Tidak diuji hambaNya dengan ujian yang tidak mampu ditanggung. Rebah, jatuh dan terduduk, semuanya mengajar kita untuk bangkit kembali. Sedang walangnya hati tertanya bagaimana untuk bangun?? Ya... hanya kekuatan sahaja yang mampu menarik... Maka yang bangun itu bukanlah diri yang lemah. Yang bangun itu adalah jiwa yang kuat. Redha itu adalah menerima dengan lapang dada biarpun tangisan menitis tanpa hentinya namun bertahanlah. Tangisan itu tidak apa-apa malahan menunjukkan kita hanyalah hambaNya yang lemah. Serahkan segala urusan pada Dia.

SYUKUR... Alhamdulillah segala pujian hanya selayaknya untuk Allah. Hari semalam yang berlalu, biarkanlah. hari ini yang dilalui, nikmatilah. Hari esok bakal tiba, bersedialah. Allah sentiasa memberi yang terbaik untuk hambaNya, maka kita sebagai hambaNya berkejaran lah mencari yang terbaik itu dengan segala usaha dan bermacam cara yang diredhaiNya. "Fastabiqul khairat" pesanNya. Jika berlari itu kemudiannya jatuh maka bangkitlah kembali. Tidak mengapa jika tidak ada tangan yang menghulur bantuan kerana ada 'tangan' yang lebih membahagiakan. Letaklah kebergantungan kepada Allah SWT. Semoga hidup sentiasa diberkati dan dibimbing untuk mencari wangian Jannah.

Semoga Memroleh kebahagian dalam mencari warna cinta Ilahi.



[sumber: facebook]
Copyright @ LOVERA | Floral Day theme designed by LOVERA | Bloggerized by LOVERA